Senin, 25 Oktober 2010

Pengaruh Seduhan Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Penurunan Inflamasi (Engkak dan Kemerahan) Pada Tikus Putih (Ratus novergicus Strain Wistar) YANG DIINDUKSI ADJUVANT ARTHRITIS

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi kronis yang sukar disembuhkan ditandai dengan adanya hiperplasia pada sinovial. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian seduhan teh hijau (Camellia sinensis) dapat menurunkan inflamasi pada rheumatoid arthritis melalui penurunan bengkak dan kemerahan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, metode yang digunakan adalah rancangan post test control group design. Sampel terdiri dari 30 ekor tikus wistar betina, dipilih dengan simple random sampling, dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok A dengan berat badan rata-rata 133 gram, B dengan berat badan rara-rata 152 gram, C dengan berat badan rata-rata 172 gram masing-masing diinduksi arthritis adjuvant kemudian diberi seduhan teh hijau dosis 110 mg, 240 mg, 550 mg, kelompok D kontrol (+) dengan berat badan rata-rata 116 gram diinduksi arthritis adjuvant,  dan kelompok E kontrol (-) dengan berat badan  rata-rata 106 gram tidak diinduksi arthritis adjuvant. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pembengkakan dan kemerahan pada kaki bawah kanan dan kiri tikus. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1)  Seduhan teh hijau dosis 110 mg, 240 mg, dan 550 mg menurunkan tanda bengkak dan kemerahan dibandingkan dengan kelompok kontrol (+) (Anova, P = 0,000), (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok A, B, dan C (P > 0,05). Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah (1) Seduhan teh hijau berpengaruh terhadap penurunan inflamasi bengkak dan kemerahan karena mengandung antioksidan, (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara seduhan teh hijau dosis 110 mg, 240 mg, dan 550 mg terhadap penurunan inflamasi. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar penelitian selanjutnya melakukan eksplorasi dosis dan menggunakan ekstrak teh hijau yang hanya mengandung  EGCG (epigallo catcechin gallat).

Pengaruh Orientasi Ruangan Terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Sekolah yang Dirawat

Hospitalisasi pertama bagi anak usia sekolah merupakan suatu stressor yang menimbulkan respon perilaku kecemasan karena perpisahan, cedera dan nyeri tubuh akibat tindakan invasif, yang berupa regresi, ketergantungan, perasaan takut, dan rasa bersalah. Hal tersebut dapat menghambat pemberian perawatan dan pengobatan. Salah satu upaya agar anak dapat berperilaku adaptif saat dirawat di rumah sakit yaitu dengan pemberian orientasi ruangan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi pengaruh orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif pada anak usia sekolah yang dilakukan orientasi ruangan dengan yang tidak dilakukan orientasi ruangan saat dirawat di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi adalah seluruh anak usia sekolah yang dirawat di ruang anak RSD dr. R. Soedarsono Pasuruan, sedangkan sampel berjumlah 26 anak yang diambil dengan metode kuota sampling dengan kurun waktu 4 minggu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 13 anak sebagai kelompok kontrol yang tidak dilakukan orientasi ruangan dan 13 anak lagi sebagai kelompok perlakuan dengan diberikan orientasi ruangan sebanyak 3 kali sehari. Data dianalisa dengan menggunakan deskriptif qualitatif sedangkan orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif anak usia sekolah menggunakan analisis statistik uji beda t-test. Didapatkan hasil pada hari pertama perbedaan tidak signifikan (0.4467<0.2180), pada hari kedua perbedaan tidak signifikan juga (1.4559<2.180) tetapi pada hari ke tiga didapatkan perbedaan yang signifikan (3.4439>2.180). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif anak usia sekolah yang dirawat di RSD dr. R. Soedarsono Pasuruan.

Efektifitas Terapi Bermain Terhadap Perkembangan Interaksi Sosial Pada Anak Penyandang Autisme

Angka kejadian autisme di dunia meningkat dratis. Penyebab autisme secara pasti belum dapat diketahui. Gejala yang muncul pada anak penyandang autisme adalah adanya hendaya dalam perkembangan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku, yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan menggunakan the chat, checklist dari ICD-10 dan DSM-IV. Sedangkan salah satu penatalaksanaannya adalah dengan terapi bermain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas terapi bermain terhadap perkembangan interaksi sosial pada anak penyandang autisme di Sekolah Laboratotium Autisme Universitas Negeri Malang. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre-test dan post-test group. Teknik pengambilan sampelnya dengan purposive sampel dengan jumlah sampel 10 anak penyandang autisme. Variabel independentnya adalah terapi bermain sedangkan variabel dependent adalah perkembangan interaksi sosial pada anak penyandang autisme. Hasil analisis dari data pada setiap sampel didapatkan bahwa terapi bermain cukup efektif pada sebagian besar sampel yaitu 60%, kurang efektif dan tidak efektif yaitu masing-masing pada sebagian kecil sampel yaitu 20%, sedangkan analisis data dengan menggunakan wilcoxon pada minitab 13 for windows, menggunakan taraf signifikasi 95% (α=0,05) didapatkan p-value = 0,003, sehingga p-value Iebih kecil dari α yang berarti bahwa terapi bermain efektif terhadap perkembangan interaksi sosial pada anak penyandang autisme di Sekolah Laboratotium Autisme Universitas Negeri Malang. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi, peneliti lanjutan dan perawat. Perawat diharapkan mampu membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak penyandang autisme.

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Terjadinya School Phobia Pada Anak Pra Sekolah Di Taman Kanak-Kanak

School phobia adalah keadaan dimana anak takut untuk pergi ke sekolah yang disebabkan oleh banyak hal, diantaranya pengaruh orang tua dalam bentuk pola asuh yang digunakan untuk mendidik dan membimbing anak. School phobia bila tidak teratasi dapat menyebabkan terganggunya perkembangan anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap terjadinya school phobia pada anak pra sekolah di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Lowokwaru Malang. Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan data secara purposive sampel dengan jumlah 19 orang tua dari 19 anak yang mengalami school phobia. Hasil penelitian didapatkan data pola asuh demokratis cenderung mrnyebabkan subtantial school phobia yaitu 85,7%, dan pola asuh otoriter cenderung menyebabkan acute school phobia.Hasil analisis dengan menggunakan chi-square test pada SPSS for window 10 taraf signifikasi 95% (a= 0,05) didapatkan p-value = 0,027, sehingga p-value lebih kecil dari a yang berarti bahwa ada hubugan antara pola asuh orang tua terhadap terjadinya school phobia pada anak pra sekolah di Taman Kanak-Kanak kecamatan Lowokwaru Malang. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penyudsunan program sosialisai peran orang tua dalam mewujudkan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu diharapkan ada peneliti lanjutan tentang pengaruh teman sebaya pada perkembangan sosial anak.

Hubungan Pengetahuan Suami Tentang Alat Kontrasepsi Pria Dengan Motivasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria

Fakta mengatakan bahwa di Indonesia akseptor KB pria lebih rendah daripada akseptor KB wanita, walaupun kedudukannya sama dalam menentukan pemakaian kontrasepsi. Disisi lain pengetahuan pria terhadap kontrasepsi pria makin berkembang. Dari dua faktor tersebut  yang menarik untuk diteliti adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria dengan motivasi penggunaan kontrasepsi pria. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional, menggunakan alat ukur kuesioner, terdapat 38 kepala keluarga yang dipilih secara simpel random sampling. Variabel independent  dalam penelitian ini adalah pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria, sedangkan variabel dependent  adalah motivasi penggunan kontrasepsi pria.  Dalam penelitian ini menggunakan analisis uji Chi-Square dengan  program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution ) for windows  versi 12.0 dengan derajat kepercayaan 95 % dan  alfa = 0,05. dengan hasil akhir ternyata tidak ada  hubungan antara pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria dengan motivasi penggunaan kontrasepsi pria yang ditunjukkan dengan P=0,102 yang berarti  Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang terhadap penggunaan kontrasepsi Pria baik secara parsial maupun simultan, agar bisa mencerminkan keadaan sesungguhnya  mengenai  fenomena kontrasepsi Pria dimasyarakat sehingga kebijakan yang diambil mampu untuk meningkatkan jumlah  aseptor KB Pria.di Indonesia.

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam Perawatan Penderita Tuberculosis Paru

Penyakit TB Paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Penyakit yang disebabkan oleh kuman tersebut sampai saat ini dikenal sebagai penyakit yang sangat menular. Dengan jangka pengobatan yang relatif lama, banyak penderita yang mengalami putus berobat dan hal itu diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga untuk merawat penderita TB Paru. Kurangnya pengetahuan keluarga dapat mempengaruhi sikap mereka, dan sikap memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku keluarga untuk memberikan perawatan terhadap penderita TB Paru. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Tulungagung. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian ini adalah semua keluarga yang salah satu anggotanya menderita Tuberculosis Paru positif di wilayah Puskesmas Tulungagung yang berjumlah 41 keluarga. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner untuk data tingkat pengetahuan dan lembar kuesioner terstruktur dengan instrument berupa check list untuk data perilaku. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita TB Paru digunakan uji korelasi tata jenjang spearman rho (p≤0,05). Sesuai dengan hasil uji statistik, didapatkan hasil p = 0.009 < a (0.05) dan rho = 0.489. Sehingga bisa disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam perawatan penderita TB Paru di Puskesmas Tulungagung.

Perbandingan Pengaruh Tipe Kepribadian A dan B Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial Pada Pasien Hipertensi Essensial

Segala corak tingkah laku individu untuk bereaksi & menyesuaikan diri thd segala rangsang yg datang dari diri sendiri / lingkungannya. Manusia dengan tipe kepribadian A sangat rentan untuk mengalami stress dan lebih mungkin mendapatkan penyakit kardiovaskuler, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Tipe Kepribadian A dan B Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial Di RSUD Prof. dr. Harjono Ponorogo. Desain penelitian menggunakan desain Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan RSUD Prof. dr. Harjono Ponorogo. Total sampel berjumlah 57 responden yang terbagi menjadi dua yaitu 41 responden kelompok kasus dan 15 responden kelompok kontrol masuk dalam kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan quesioner dan observasi dengan uji Chi Square (X2) dengan tingkat signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kebribadian A lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi essensial {Odds Ratio = 8,525; P-value = 0,000; α = 0,05 } dibandingkan dengan tipe kepribadian B (P-value = 0,827). Dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian A merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi essensial. Untuk studi lebih lanjut dapat mengembangkan topik atau masalah yang berkaitan dengan manajemen perilaku individu dengan Tipe kepribadian A untuk mencegah timbulnya stress yang dapat menyebabkan atau memperparah penyakit hipertensi essensial. 

Efektifitas Stimulasi Refleksi (Accupressure) terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Angina Pektoris

Penyakit jantung koroner adalah faktor penyebab utama kematian di dunia. Di negara Indonesia, penyakit jantung koroner adalah penyebab kesakitan dan kematian nomor satu. Angina pektoris adalah  salah satu penyakit jantung koroner. Gejala khas dari penyakit angina pektoris adalah nyeri dada sebelah kiri yang dapat  setempat atau menyebar ke leher, dagu, lengan sebelah kiri dan belangsung  kira-kira 15 menit. Stimulasi refleksi (acupressure) adalah sebuah metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada klien dengan penyakit angina pektoris. Dengan menggunakan 7 klien sebagai responden yang menderita penyakit angina pektoris di ruang CVCU (Intermediate Ward), instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat dari nyeri adalah skala Bourbonais. Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan spesifik desain pre test and post test group design. Setelah pengumpulan dan analisis data diketahui bahwa, terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi stimulasi refleksi terhadap penurunan tingkat nyeri klien dengan kategori: nyeri menetap sebanyak 1 klien (14%), nyeri sedikit berkurang 2 klien (28%) and 4 klien (57%) nyeri sangat berkurang. Analisis t- test dengan menggunakan  confidence interval 99%, signification (2 tail) 1%. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa, stimulasi refleksi dengan menggunakan metode acupressure  adalah efektif dalam mengurangi nyeri pada klien dengan diagnosa angina pektoris (p = 0,002). Diperlukan penelitian serupa dengan memperbanyak jumlah sampel dan adanya kelompok kontrol. 

Sabtu, 23 Oktober 2010

Pengaruh Nyeri Haid Terhadap Aktivitas Membaca Dan Berfikir Pada Remaja


Nyeri haid banyak di alami sebagian besar remaja yang telah mendapatkan menstruasi. Nyeri haid banyak mengganggu aktivitas remaja khususnya aktivitas belajar sebagaimana kapasitas mereka sebagai pelajar. Aktivitas belajar yang banyak dilakukan remaja adalah aktivitas belajar membaca dan berfikir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nyeri haid terhadap aktivitas belajar membaca dan berfikir. Manfaat penelitian ini di harapkan perawat bisa memberikan penyuluhan tentang intervensi yang tepat  untuk menunjang aktivitas belajar remaja ketika mengalami nyeri haid. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah siswi SMKN 2 Lumajang dengan jumlah sampel 205 orang. Pengumpulan data melalui kuesioner. Analisa data untuk pengujian hipotesa menggunakan uji Mann Whitney test  dengan data berbentuk ordinal. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden mengalami nyeri haid yaitu sebanyak 151 siswa atau dengan  presentase sebesar 74% dan 54 orang tidak nyeri haid. Dari hasil aktivitas belajar membaca pada responden yang  baik (11,2%), sedang (38,7%) dan kurang (23,9%) sedangkan untuk aktivitas  belajar berfikir baik (13,2%), sedang (39,7%) dan kurang (20,6%). Dari uji hipotesa didapatkan bahwa ada pengaruh nyeri haid  dengan aktivitas belajar membaca dan berfikir rendah tapi pasti dengan nilai P = 0,000 koefisien korelasi 0,287 untuk membaca dan 0,253 untuk berfikir.

Pengaruh teh hijau terhadap kadar interleukin –1 pada tikus yang diinduksi artritis adjuvant


Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi kronis pada sendi yang belum diketahui penyebabnya (www.John Hopkins Arthritis.org). Rheumatoid Arthritis sering menyebabkan deformitas pada sendi dan gangguan fungsi yang sering disertai dengan nyeri dan sulit pengobatannya apabila sudah terjadi deformitas kecuali dengan pembedahan (Koopman.2000). Meskipun penyakit ini dapat menyerang pada semua umur dan jenis kelamin namun lebih banyak dijumpai pada wanita dengan perbandingan antara pria dan wanita 3:1 terutama pada usia subur (Anderson.1999). Menurut Commite of the America Rheumatoid Collage Rheumatoid Arthritis timbul dengan frekwensi sekitar 500 kasus pertahun per 1 juta penduduk  (Anderson.1999).
Tanaman teh termasuk dalam genus camelia senesis, pada awalnya kebiasan minum teh berasal dari Cina dan India yang kemudian berkembang ke Jepang kemudian ke Eropa dan pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh seorang Jerman pada tahun 1684, pada tahun1910 perkebunan teh pertama kali dibangun di Gambang Jawa Barat, kemudian sejak itulah teh mulai berkembang di Indonesia (PTPK Gambang.2005). Masyarakat mempercayai dengan minum teh hijau dapat menyembuhkan penyakit rheumatoid arthritis (www.kompas cyber media.com). Namun belum jelas apakah teh hijau benar-benar dapat menyembuhkan penyakit rheumatoid arthritis atau hanya mencegah terjadinya rheumatoid arthritis.

Pengaruh Orientasi Ruangan Terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Sekolah


Hospitalisasi pertama bagi anak usia sekolah merupakan suatu stressor yang menimbulkan respon perilaku kecemasan karena perpisahan, cedera dan nyeri tubuh akibat tindakan invasif, yang berupa regresi, ketergantungan, perasaan takut, dan rasa bersalah. Hal tersebut dapat menghambat pemberian perawatan dan pengobatan. Salah satu upaya agar anak dapat berperilaku adaptif saat dirawat di rumah sakit yaitu dengan pemberian orientasi ruangan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi pengaruh orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif pada anak usia sekolah yang dilakukan orientasi ruangan dengan yang tidak dilakukan orientasi ruangan saat dirawat di rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi adalah seluruh anak usia sekolah yang dirawat di ruang anak, sedangkan sampel berjumlah 26 anak yang diambil dengan metode kuota sampling dengan kurun waktu 4 minggu sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 13 anak sebagai kelompok kontrol yang tidak dilakukan orientasi ruangan dan 13 anak lagi sebagai kelompok perlakuan dengan diberikan orientasi ruangan sebanyak 3 kali sehari. Data dianalisa dengan menggunakan deskriptif qualitatif sedangkan orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif anak usia sekolah menggunakan analisis statistik uji beda t-test. Didapatkan hasil pada hari pertama perbedaan tidak signifikan (0.4467<0.2180), pada hari kedua perbedaan tidak signifikan juga (1.4559<2.180) tetapi pada hari ke tiga didapatkan perbedaan yang signifikan (3.4439>2.180). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh orientasi ruangan terhadap perilaku adaptif anak usia sekolah yang dirawat.

Hubungan antara Status Gizi (Berdasarkan Indeks Berat Badan / Tinggi Badan) dengan Usia Menarche

Dari masa ke masa terdapat perubahan pola pertumbuhan dan perkembagan anak sampai tercapainya usia dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terjadi pada masa remaja. Masa remaja  ditandai oleh adanya kematangan fungsi seksual (Pubertas) dan tercapainya bentuk tubuh dewasa akibat pengaruh pematangan fungsi endokrin. Pubertas biasanya muncul pada umur 12-16 tahun pada seorang gadis ditandai oleh adanya menstruasi yang pertama (menarche). Ada beberapa factor yang mempengaruhi usia menarche seperti : keadaan gizi, genetic, status kesehatan, psikologi, rangsangan audio visual, obat-obatan, kelainan fisik organ reproduksi dan sosial ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status nutrition berdasarkan BB/TB dengan usia menarche.  Penelitian ini merupakan deskriptif korelatif. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan Cross sectional. Tehnik pengambilan sample dengan Purposive Sampling, sampel berjumlah 25 orang siswi . Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran quesioner kepada siswi dan orang tuanya pada bulan Desember 2005. Hasil  penelitian diketahui  1 orang (4%) dengan status gizi baik  menarche pada usia 9 tahun, 11 orang (44%) dengan status gizi baik  menarche pada usia 10 tahun, 10 orang (40%) dengan status gizi baik menarche pada usia 11 tahun, 2 orang (8%) dengan status gizi kurang menarche pada usia 12 tahun, 1 orang (4%) dengan status gizi kurang menarche pada usia 13 tahun.  Dari uji  korelasi Spearmen’s diperoleh nilai  r (rho) -0,475 dengan taraf signifikansi 0,016 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche dimana  bahwa semakin baik  status gizinya maka semakin awal usia menarche

Efektifitas Stimulasi Refleksi (Accupressure) terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Angina Pektoris



Penyakit jantung koroner adalah faktor penyebab utama kematian di dunia. Di negara Indonesia, penyakit jantung koroner adalah penyebab kesakitan dan kematian nomor satu. Angina pektoris adalah  salah satu penyakit jantung koroner. Gejala khas dari penyakit angina pektoris adalah nyeri dada sebelah kiri yang dapat  setempat atau menyebar ke leher, dagu, lengan sebelah kiri dan belangsung  kira-kira 15 menit. Stimulasi refleksi (acupressure) adalah sebuah metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada klien dengan penyakit angina pektoris. Dengan menggunakan 7 klien sebagai responden yang menderita penyakit angina pektoris di ruang CVCU (Intermediate Ward), instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat dari nyeri adalah skala Bourbonais. Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan spesifik desain pre test and post test group design. Setelah pengumpulan dan analisis data diketahui bahwa, terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi stimulasi refleksi terhadap penurunan tingkat nyeri klien dengan kategori: nyeri menetap sebanyak 1 klien (14%), nyeri sedikit berkurang 2 klien (28%) and 4 klien (57%) nyeri sangat berkurang. Analisis t- test dengan menggunakan  confidence interval 99%, signification (2 tail) 1%. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa, stimulasi refleksi dengan menggunakan metode acupressure  adalah efektif dalam mengurangi nyeri pada klien dengan diagnosa angina pektoris (p = 0,002). Diperlukan penelitian serupa dengan memperbanyak jumlah sampel dan adanya kelompok kontrol.

Hubungan Pengetahuan tentang Bahaya Rokok dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Usia 15 - 20


Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok remaja usia 15-20 tahun, sehingga diupayakan adanya peningkatan pengetahuan remaja untuk mengurangi kejadian merokok. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik analisa korelasi yang digunakan adalah product moment yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antar variabel yang diteliti. Sampel adalah remaja usia 15-20 tahun yang memenuhi kriteria inklusi di SMK PGRI 3 Malang sebanyak 340 responden dengan teknik purposive random sampling.         Hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat korelasi negatif lemah antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok remaja yang diteliti. Dibuktikan dengan nilai r = -0,200 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok remaja usia 15-20 tahun.Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai pengalaman merokok dengan kebiasaan merokok. Juga perlu adanya upaya dari berbagai pihak yang berkompeten untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok agar angka kejadian merokok pada remaja menurun.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Prelevansi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkitnya penyakit DBD sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia. Status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu  faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologik, faktor perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, kesadaran dan sikap, faktor  pelayanan kesehatan  dan faktor herediter demikian juga halnya dengan penyakit  DBD ke empat faktor tersebut di atas  sangat menentukan tinngi rendahnya prevalensi DBD yang dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan faktor  lingkungan fisik , lingkungan biologik dan perbedaan faktor perilaku masyarakat  yang  mempengaruhi prevalensi DBD di kelurahan Sukun dan kelurahan Kebonsari kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian  deskriptif analitik dengan pendekatan case control. Populasinya adalah seluruh kepala keluarga yang salah satu anggota keluarganya atau kepala keluarganya pernah menderita DBD di kelurahan Sukun pada tahun 2004 berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan kretiria: kepala keluarga yang salah satu anggota keluarganya atau kepala keluarganya  pernah menderita DBD tahun 2004,  berdomisili di kelurahan Sukun, bisa membaca menulis dan bersedia jadi responden, dari kriteria tersebut diperoleh sampel 25 orang dan sebagai kontrol adalah kelurahan pada kecamatan yang sama dengan prevalensi DBD rendah yaitu kelurahan Kebonsari, kriteria yang dipakai  sama namun tidak pernah menderita DBD berjumlah 25 orang sehingga total  sampel 50 orang. Dari hasil analisa didapatkan p-value = 0,000 hal ini menunjukkan  bahwa ada perbedaan yang bermakna faktor  lingkungan fisik, lingkungan biologik dan perilaku masyarakat antara kelurahan Sukun dan kelurahan Kebonsari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor  lingkungan fisik, lingkungan biologik dan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap tingginya prevalensi  DBD di kelurahan Sukun. Berdasarkan hasil di atas maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan diadakan penelitian yang sama dengan mengembangkan jumlah responden yang lebih banyak, metode dan instrumen yang berbeda.

Selasa, 19 Oktober 2010

Pengaruh Mobilisasi Aktif Terhadap Pencegahan Hipotensi Orthostatik Pada Penderita Diabetes Mellitus Dengan Hiperglikemi

Studi tentang penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan prevalensi yang cenderung meningkat. Diperkirakan pada tahun 2002 terdapat 150 juta penderita Diabetes Mellitus di dunia, tahun 2003 sebanyak 194 juta, dan pada tahun 2005 mencapai 330 juta. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada semua sistem tubuh, salah satunya sistem sirkulasi yang bisa dimanifestasikan sebagai hipotensi orthostatik. Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik endokrin disertai hiperglikemi kronis, ditandai kurang atau tidak adanya produksi insulin. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan pada sistem sirkulasi adalah hipotensi orthostatik yaitu penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (systole > 20 mmHg dan diastole > 10 mmHg). Untuk mengatasi keadaan ini, tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu mobilisasi aktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Desain penelitian ini yaitu Quasy-Eksperimental dengan teknik pre dan post test desain dan dilaksanakan di IRNA I Rumah Sakit Saiful Anwar Malang pada bulan November 2005. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20 orang penderita Diabetes Mellitus sebagai kelompok eksperiment dan 20 orang sebagai kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan program Minitab 13 for Windows. Pada tingkat kepercayaan 95% X2 = 6,667, degree of freedom (df) = 1, didapatkan p-value = 0,010. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi aktif terhadap pencegahan hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi. Penelitian lanjutan dan berkesinambungan diperlukan untuk melakukan uji instrumen terlebih dahulu dan memperoleh teknik mobilisasi aktif yang lebih tepat untuk mencegah terjadinya hipotensi orthostatik pada penderita Diabetes Mellitus dengan hiperglikemi, karena kondisi ini masih terjadi pada sebagian responden.
 Untuk melihat download Bab I Click disini  Untuk melihat Bab II, III, dan selanjutnya  (Lengkap) harap menghubungi  email : kiosbuku11@gmail.com (Hanya dikenakan biaya editing sebesar Rp.20.000)

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Terapi Suara Tartil Al-Quran) Terhadap Perilaku Penderita Skizoprenia

Terapi Aktivitas Kelompok merupakan salah satu intervensi dalam keperawatan jiwa. Terapi ini melibatkan aspek bio-psiko-sosio-spiritual, pada penelitian ini ditekankan pada aspek spiritual yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris dengan menggunakan suara tartil Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Suara Tartil Al-Quran terhadap perilaku penderita skizoprenia,.  Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental dengan menggunakan Pre-Test and Post Test Design. Metode dalam pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling, didapatkan sampel sebanyak 10 pasien skizoprenia. Berdasarkan uji statistik dengan metode Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat significansi α (0,05) sehingga didapatkan kesimpulan “Ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Terapi Suara Tartil Al-Quran) terhadap perilaku verbal, non verbal dan perasaan terhadap penderita Skizoprenia”.  Disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan kelompok kontrol untuk membandingkan keefektifan terapi suara tartil Al-Qur’an dengan suara yang lain (musik pop, instumen atau lainnya). 
Untuk melihat download Bab I Click disini. Untuk melihat Bab II, III, dan selanjutnya  (Lengkap) harap menghubungi email : kiosbuku11@gmail.com (Hanya dikenakan biaya editing Rp.20.000)  

Senin, 18 Oktober 2010

MAKNA PERILAKU KAWIN SUSUK PADA BURUH MIGRAN

Banyak Tenaga Kerja Wanita Indonesia bekerja di Hongkong. Lebih dari 100.000 wanita Indonesia mengais rizki di negeri bekas jajahan Inggris. Mengapa TKW betah di Hongkong selama bertahun-tahun? Mereka merasa aman dan comfortable bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Gaji yang diperoleh cukup besar dan terjamin keselamatan kerja.


Untuk lebih lengkapnya Click disini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More